Tugas
Akhir Kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan
Senin
Pukul. 05:15 R.2
Oleh:
Ikrimatul
Husna (110210301004)
FKIP
EKONOMI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
Semester
Gasal 2011-2012
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah,
selalu penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada penyusun sehingga paper yang dikerjakan yang berjudul “Meraih dan Menjaga Kesuksesan Pengajaran” dapat
terselsaikan dengan baik.
Paper
ini disusun guna memenuhi tugas akhir mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan
yang digunakan sebagai prasarat kelulusan mata kuliah tersebut.
Ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara lansung maupun tidak
dalam penyelesaian paper ini. Diantaranya:
1. Bpk.
Misno A. Lathif yang telah membimbing
2. Dan
seluruh pihak yang turut membantu dalam penyusunan dan penyelesaian paper ini
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis
sadar, paper ini sangat jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis berlapang
dada untuk menerima kritik dan saran yang dapat membangun demi sempurnanya paper
ini.
Jember, Desember
2011
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ………………………………….. i
DAFTAR ISI ………………………………….. ii
BAB 1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang …………………………………… 1
1.2 Rumusan
Masalah …………………………………… 2
1.3 Tujuan
Penulisan …………………………………… 2
1.4 Manfaat
Penulisan …………………………………… 2
BAB 2.
PEMBAHASAN
2.1 Cara
Meraih Kesuksesan Pengajaran ……………………. 3
1. Amunisi
Belajar (Dengan Mendayagunakan Aset Belajar) 3
2. Mediasi
Belaajar (Dengan Meransang Minat) ……. 9
3. Deposit
Belajar (Dengan Menumbuhkan Pengalaman) 14
2.2 Cara
Menjaga Kesuksesan Pengajaran …………………… 17
1. Aplikasi
(Pelayanan Setulus Hati) …………………… 17
2. Solusi
(Perbaikan Setiap Hari) …………………… 19
BAB 3. PENUTUPAN
3.1
Kesimpulan …………………………………… 21
3.2
Saran …………………………………… 22
DAFTAR PUSTAKA ………………………………… iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Ketika
kita memasuki dunia modern ini, dengan kecepatan kemajuan tekhnologi yang
sedemikian pesat, telah memaksa kita meredifinisikan ulang tentang beberapa
kompetensi dalam hubungannya dengan penguasaan tekhnologi pengajaran di tengah
deraan minimnya sarana dan prasarana kita.
Meskipun
demikian tentulah semua keterbatasan tersebut yang sifatnya fisik jangan
kemudian mengecilkan cita-cita mulia membangun peradaban melalui proses
pembelajaran. Kita masih memiliki sarana dan prasarana nonfisik yang terletak
pada upaya menghubungkan sumber kekuatan dunia dulu dan dunia sekarang serta
dengan menyatukan potensi luar dan potensi dalam manusia.
Artinya,
di satu sisi kita harus menemukan sesutau dari masa lalu yang membangkitkan
minat dengan kesederhanaaan dan menemukan sesuatu dari masa sekaarang berupa
kemampuan untuk tampil dalam kemasan hyang menarik. Di sisi lain, kita juga
dituntut untuk mendayagunakan semua asset belaja yang tersedia dan tersimpan
jauh di setiap peserta belajar serta mengambil manfaaat dari berbagai keragaman
pengalaman.
Inspiring teacher
adalah mereka yang senantiasa selalu kreatif untuk mencaari instrumen
pembelajaran yang berfungsi sebagai pengungkit kessuksesan pengajarnya. Untuk
memperoleh daya ungkit kesuksesan pengajaran, diperlukan tiga daya, yaitu
mendayagunakan asset, meransang minat dan menumbuhkan pengalaman. Hasil dari semua upayanya itu akan digunakan
untuk memecahkan persoalan yang berlaku sehari-hari di dunia pembelajaran.
Sebuah
pepatah ada yang mengatakan “lebih sulit mempertahankan daripada meraih satu
hal”. Hal ini berkaitan dengan upaya melanggengkan suatu keadaan agar tetaap
berjalan. Mungkin diawal setelah peserta didik memberikan kepercayaanya kepada
guru dalam mendidik mereka terciptalah suasana pembelajaran yang dinamis dan
kondusif. Pembelajaran menjadi suatu wahana yang sangat menyenangkan untuk memeproleh
ilmu bagi peeserta didik dan mentransfer ilmu bagi guru.
Sebagai
sebuat komunitas dengan segala bentuk dinamisasi di dalamnya, maka dunia
pembelajaran juga akan mengalami interaksi dengan semua unsurnya, menjadikan
proses “penyusutan” terjadi secara alaminya. Maka sebagaimana berlaku untuk
umum, demikian juga berlaku dalam hal pengajaran, akan lebih sulit untuk
menjaga tingkat keberhasilan daripada meraih kesuksesannya.
Meskipun
demikian selalu ada solusi, maka dalam hal ini upaya menjaga medan sukses
pengajaran bisa dilakukan dengan melakukan pelayanan setulus hati dan perbaikan
sepanjang hari. Meminjam istilah Stephen
Covey disebut sebagai “upaya mengasah gergaji”. Istilah ini muncul karena
kekuaatan sebuah kinerja gergaji tidak akan mengalami penyusutan manakala
dilakukan upaya perbaikan secara terus menerus. Caranya yaitu dengan di asah
agar diperoleh tingkat ketajaman yang relative sama di antara gigi-gigi
gergajinya. Demikian pula berlaku pada proses pengajaran sehari-hari, di mana
diperlukan upaya secara terus menerus untuk menjaga medan sukses pengajaran.
Latar
belakang kasus itulah yang menyebabkan penulis menulis dan menyusun paper
dengan judul “Meraih dan Menjaga
Kesuksesan Pengajaran”.
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1 Bagaimana
cara untuk meraih kesuksesan pengajaran?
1.2.2 Bagaimana
cara untuk menjaga kesuksesan pengajaran?
1.3 Tujuan
Penelitian
1.3.1 Agar
mengetahui cara untuk meraih kesuksesan pengajaran.
1.3.2 Agar
mengetahui cara untuk menjaga kesuksesan pengajaran.
1.4 Manfaat
Penelitian
1.4.1 Dapat
mengetahui cara untuk meraih kesuksesan pengajaran.
1.4.2 Dapat
mengetahui cara untuk menjaga kesuksesan pengajaran.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Cara
Meraih Kesuksesan Pengajaran
1. Amunisi
Belajar (Mendayagunakan Aset Belajar)
a. Tujuan
Pendidikan
adalah suatu proses yang sadar akan tujuan. Maksudnya tidak lain bahwa kegiatan
belajar mengajar itu suatu peristiwa yang terikat, terarah pada tujuan dan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Tujuan dapat diartikan sebagai suatu
penentu tindakan seseorang atau aktivitas yang dilibatkan untuk mencapai tujuan
tersebut (Padmowihardjo:1994)
Adanya
tujuan yang jelas mengenai hasil pengetahuan yang ingin dicapai sangatlah
penting bagi pengajar maupun peserta didik, terutama untuk mengawasi kemajuan-kemajuan
yang telah dicapai. Pengetahuan akan adanya kemajuan, cenderung dapat dijadikan
sebagai pemuas sehingga akan tumbuh motivasi kuat untuk mencapai tujuan
sekalipun peserta didik gagal mencapainya.
Dalam
suatu proses belajar, peserta didik harus diberi pandangan yang dapat
menyadarkannya akan adanya tujuan yang harus mereka milikiselama belajar.
Tentunya upaya itu dilakukan setelah pengajar mempunyai tujuan yang jelas,
karena mengajar adalah suatu aktivitas yang mengarah pada tercapainya suatu
bentuk hasil belajar.
Satu
acuan dalam merumuskan tujuan dikenal dengan nama SMART, yaitu specific (jelas), measurable (bisa diukur), achieveable
(bisa dicapai), reasonable (masuk
akal), serta time bound (sesuai
waktu).
b. Tingkat
Inspirasi
Tingkat
Inspirasi adalah suatu tingkat perwujudan ataupun pencapaian sesuatu di masa
yang akan datang, yang menentukan dan mempolakan usaha-usaha ataupun
tindakan-tindakan pribadi seseorang untuk mencapai hal tersebut
(Padmowihardjo:1994). Dengan demikian, tingkat aspirasi itu menjaddi semacam
tujuan bagi seseorang.
Aspirasi
seseorang berhubungan dengan kemajuan yang dicapainya. Artinya, semakin tinggi
tingkat ccita-cita seseorang, akan semakin giat dalam belajar maup[un bekerja.
Aspirasi akkan meningkat ketika seseorangg mencapai keberhasilan dan menurun bila
menemui kegagalan. Maka kewajiban pengajar dalam hal ini adalah membantu
peserta didik untuk memiliki aspirasi yang diinginkannya.
c. Pengetahuan
Akan Keberhasilan
Pengetahuan
akan keberhasilan mempunyai kaitan dengan tujuan yang dimiliki seseorang
(Padmowihardjo:1994). Dalam hal ini dapat diberikan gambaran bahwa tidak aka
nada keberhasilan untuk dipuaskan. Pada kenyataannya, kita menyaksikan
keberhasilan seseorang yang bertujuan menimbulkan adanya penghargaan atas hasil
yang dicapai. Bagi seorang pengajar, tentunya dapat dimengerti bahwa mereka
perlu mengetahui akan ciri-ciri akibat belajar yang baik.
d. Pengetahuan
Akan Kegagalan
Kegagalan
yang ditemui dapat menimbulkan kekecewaan, sehingga dengan demikian,
pengetahuan mengenai suatu akibat diperlukan untuk menumbuhkan kesadaran akan
kegagalan.
Hal
ini dapat dijelaskan jika seseorang mengetahui akan adanya kegagalan, maka
dapat menimbulkan over kompensasi yang mengarahkannya untuk berupaya mencari
suatu keberhasilan. Peristiwa ini dapat saja terjadi berulang kali. Namun bila seseoraang
mengalami kegagalan tanpa bisa menyesuaikannya dengan kemampuannya melakukan
over kompensasi, akibatnya adalah stress atau frustasi.
Motivasi
dalam hal ini dapat menjadi suatu obat mujarab yang dapat diberikan oleh
seorang pengajar untuk menjadikan peserta didiknya memilki keinginan untuk
berprestasi.
e. Pemahaman
Pemahaman
erat kaitannya ddengan berfikir. Pemahaman yang dimiliki oleh seorang peserta
didik berasal dari pemikirannya. Menurut Bloom,
untuk memaahami sesuatu, orang harus melakukan lima tahaapan, meliputi: receiving (menerima), responding (membanding-bandingkan), valuing (menilai), organizing (jika lebih positif akan diatur), sehingga menjadi characterization (terjadi penataan
nilai).
Pengalaman
tumbuh karena adanya proses berfikir yang sistematis dan jelas. Dalam
penjelasan ini, kita akan menemui kesulitan bila memahami sesutau yang rumit,
sedangkan sesuatu hal yang mudah akan gampang dipahami. Seyogianya pengajar
tidak mempersulit yang mudah, melainkan sebaliknya harus mempermudah yang
sulit. Hal-hal lain yang mempengaruhi terjadinya pemahaman adalah sistematisasi
sajian materi, karena materi akan masuk ke otak jika masuknya teratur. Selain
itu, juga tentunya kejelasan dari materi yang disajikan.
Implikasinya
adalah pengajar harus mampu menyajikan materi semudah-mudahnya,
sejelas-jelasnya dan dengan sistematika
yang baik serta dapat memberikan contoh dari sesutau hal yang mempunyai
kaitan dengan maateeri yang sedang diberikan.
f. Kapasitas
Kapasitas
belajar adalah banyaknya sesuatu yang dipelajari dan dipahami oleh seseorang.
Dalam hal ini, ada perbedaan antara kemampuan belajar dengan kapasitas belajar.
Kemampuan belajar berkaitan dengan usia, pancaindra dan organ tubuh, sedangkan
kapasitas belajar berkaitan dengan IQ dan bakat. Factor keturunan jelas
berpengaruh terhadap kapasitas untuk belajar. Setiap orang berbeda kapasitas
belajarnya.
Bagi
seorang pengajaar, pengalaman akan membentuk irama mengajarnya seiring dengan
keadaan peserta didik yang dihadapinya. Untuk dapat mengetahui kapasitas
belajar peserta didik, pengajar dapat melakukan pertanyaan control.
Dari
kenyataan ini, sebaiknya pengajar memperhatikan kebutuhan siswa, sehingga
pelajaran juga perlu harus diulang kembali. Selain itu, kecepatan belajar
sebaiknya diatur dan jumlah materi disesuaikan dengan kapasitas belajar peserta
didik.
g. Pengalaman
Pengalamaan
belajar adalah interaksi antara pembelajar dan lingkungannya. Di mana seorang
pembelajar dapat memberikan reaksi terhadap stimulus yang diterimanya
(Padmowihardjo: 1994).
Dalam
proses belajar, kita mengenal adanya stimulus dan respons, jika stimulus
ditangkap oleh indra dan syarat, berdasarkan stimulus tadi, maka indra, syarat,
dan otak akan memberikan reaksi dalam bentuk respons. Di sini, respons akan
menimbulkan pengalaman belajar.
Pengalaman
yang dimaksud berupa pengalaman nyata sesuai dengan reaksi yang diberikan baik
reaksi positif dan negative. Sebagai contoh dapat diberikan ilustrasi bahwa
tugas sebagai suatu stimulus akan mengakibatkan respons mengerjakannya.
Stimulus dapat berasal dari buku dan lingkungan. Kita yang membacanya,
memberikan reaksi terhadap teori yang distimulasikan dari buku tersebut. Proses
interaksi ini menimbulkan pengalaman belajar.
Dengan
kata lain, dalam proses belajar, seseorang harus dapat memberikan reaksi
terhadap hal-hal yang sedang dipelajaari. Semakin banyak pengalaman belajar
terjadi, maka proses belajar tersebut akan semakin baik.
Pengalaman
belajar berbeda dengan metode mengajar. Jika metode mengajar itu seperti
diskusi, demonstrasi ataau ceramah, maka pengalaman belajar merupakan
aktivitasnya, berupa kegiatan berdiskusi, melihat demonstrasi maupun
mendengarkan ceramah.
Bagi
seorang pengajar, upaya yang dapat dilakukan adalah dapat berperan sebagai
pengarah dari proses belajar, sehingga peserta didik dapat mengalami pengalaman
belajar yang sebanyak-banyaknya.
h. Kebutuhan
Kebutuhan
berkaitan dengan psikologis. Secara sederhana, kebutuhan didefinisikan sebagai
“Ketidakseimbangan psikologis yang mendorong orang untuk memenuhinya atau
menghilangkannya”. (Padmowihardjo : 1994). Dengan demikian dapat dikatakan
kebutuhan merupakan suatu dorongan jiwa.
Sebagai
ilustrasi, seseorang meskipun berada di sebuah bunker ketika perang, maka akan
pergi mencari makan setelah berdiam diri selaama tiga hari meskipun keadaan di
luar begitu membahayakan, di mana peluru, bom dan senjata lainnya dapat
mengenainya. Hal itu semata-mata karena adanya dorongan jiwa. Lain lagi bila
ketidakseimbangan itu bersifat nonpsikologis, seperti orang sakit, maka tidak
akan menimbulkan suaatu kebutuhan.
Kebutuhan
seseorang itu ada yang disadari dan ada pula yang tidak disadari. Kebutuhan
yang disadari akan mampu menimbulkan motivasi yang mendorong timbulnya motif
seseorang untuk berusaha memenuhi kebutuhan itu. Tetapi kebutuhan yang tidak
disadari hanya akan menimbulkan motivasi yang lemah.
Sebagai
seorang pengajar, dalam usaha memotivasi sasaran didik harus selalu dapat menghubungkan
belajar dengan kebutuhan mereka-bisa dengan menyajikan kegunaan, keuntungan
dari materi pelajaran atau juga dengan memberi materi yang mempunyai hubungan
dengan kebutuhannya.
i. Minat
Minat
beraasal dari bahasa Latin “inter-est” yang berarti menghubungkan dua hal yang
terpisah. Dalam perencanaan belajar, kita senantiasa menjumpai sesuatu yang
terpisah yaitu peserta didik dan kurikulum. Sedangkan dalam proses belajar itu
sendiri, terdapat peserta didik dan perubahan prilaku yang diharapkan akan
terjadi pada diri sasaaran didik.
Sementara
itu minat secara istilah menurut Syah (1995) adalah kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Seorang
siswa berminat atau tidak terhadap suatu maateri pelajaran akan menunjukkan
tanda-tanda tertentu. Beberapa tanda tersebut seperti mengajukan peranyaan,
melakukan sangkalan atau bahkan sanggahan. Mengerjakan tugas lebih cepat dari
target waktu yang telah ditentukan. Atau mau maju ke depan kelas sebagai
demonstrator dan adakalanya juga dengan bersedia berpartisipasi baik lansung
maupun tidak lansung dalam suatu mata pelajaran.
Mengetahui
minat tidak hanya sebatas untuk mengetahui tindakan lansung saat proses belajar
mengajar berlansung untuk memastikan apakah pelajaran kita sudah menarik minat
mereka atau belum. Tetapi lebih jauh dari itu bagaimana mengetahui minat siswa
terhadap bidang tertentu untuk diberikan bimbingan yang mereka perlukan.
j. Motivasi
Perkataan
motivasi berasal dari Bahasa Laatin “motif” yang berarti dorongan dan “asi”
yang berarti usaha. Secara istilah motivasi merupakan “daya mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu” (Sardiman: 1992). Bisa juga diatikan motivasi sebagai
keadaan internal organisme yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu (Syah:
1995).
Setiap
pembentukan motif akan bertalian erat dengan tujuan seseorang untuk memenuhi
kebutuhannya. Oleh karena itu, motivasi belajar adalah suatu proses pembentukan
dorongan belajar agar timbul gairah untuk belajar.
Motif
yang aktif sangat bervariasi, macam-macam motivasi bisa dilihat dari berbagai
sudut pandang. Namun penulis dalam hal ini mendasarkan pada dasar ransangan,
terdiri dari dua jenis motivasi: a) motivasi
intrinsic, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang misalnya ego involvement (perasaan penonjolan
diri), juga adanya kebutuhan yang disadari, dan b) motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari luar seperti
hadiah, pujian, hukuman, teguraan, nilai, dan lain-lain.
Dalam
rangka menumbuhkan motivasi peserta ddidik, tentunya motivasi yang diberikan
adalah motivasi ekstrinsik dengan cara memberikan hadiah atau hukuman bisa juga
dengan memberi angka evaluasi unttuk hasil belajar disertai komentar. Walaupun harus
disadari bahwa dorongan ini mempunyai pengaruh yang lebih lemaah dibandingkan
dengan dorongan dari dalam siswa itu sendiri.
2. Mediasi
Belajar (Dengan Meransang Minat)
a. Mengumumkan
Waktu Ulangan
Bila
guru memberikan informasi tentang waktu ulangan, maka secara otomatis ada sebab
bagi terfokusnya perhatian siswa untuk mempelajari sesuatu bahan yang akan
diujikan. Dalam hal ini, perilaku siswa untuk mempertinggi usaha belajarnya
didorong alas an ketakutan akan gagalnya meraih nilai yang bagus.
Selain
itu, respons atas pengumuman tentang waktu ulangan dapat menjadi petunjuk
kesiapan peserta didik dalam menghadapinya. Bila respon dari mereka berupa
ujaran, “Ya Ibu/Bapak, kita kan belum
siap.” Maka itu menandakan proses pengulangan pelajaran di luar jam pelajaran
masih sangat kecil. Sebaliknya, bila respons dari peserta didik menunjukkan
‘diam’, maka berarti proses pengulangan pelajaran di luar jam pelajaran di
sekolah sudah cukup baik.
b. Mengumumkan
Hasil Ulangan
Ulangan
yang telah ditempuh siswa hanya akan menghasilkan dua kategori nilai, yaitu
nilai bagus-yang membuat puas siswa dan nilai jelek-yang membuat ketidakpuasan
siswa. Bila hasil yang dicapai berupa nilai yang bagus, berarti ada kepuasan di
sana, akan mengakibatkan siswa semakin berminat mempelajari pengetahuan
tersebut, sedangkan bilamana hasil yang dicapainya tidak sesuai dengan
harapannya berupa nilai jelek, maka akan membuat siswa mempertinggi usaha
mereka dalam meraih target-targetnya.
c. Beri
Hadiah
Hadiah
merupakan pemberian sesuatu hal akibat seseorang melakukan suatu tingkah laku
yang dikehendaki oleh si pemberi haddiah. Pemberian hadiah untuk tingkah laku
yang dikehendaki terbagi kedalam dua jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Beri
hadiah yang normal untuk kejadian yang biasa atau kejadian yang standart.
2. Beri
hadiah ekstra untuk sesuatu yang sukar dilaksanakan.
Tentunya hadiah yang disiapkan si
pemberi hadiah-dalam hal ini guru-akan menimbulkan harapan kepada siswa untuk
memperolehnya. Bila pemberian hadiah dikaitkan dengan penguasaan sesuatu materi
pelajaran, maka hal ini tentunya akan semakin mempertinggi minat mereka dalam
mempelajari suatu materi tertentu yang termasuk dalam mata pelajaran yang
dipelajarinya.
Namun, pemberian hadiah ini bisa
menghasilkan suatu kontraproduktif dengan tujuan semula bila salah
memberikannya. Oleh sebab itu, untuk menghindarinya ada beberapa syarat
pemberian hadiah, yaitu sebagai berikut:
1. Pemberian
hadiah bersifat konkret haruslah selalu dikaitkan dengan dorongan yang bersifat
social, seperti: pujian, penghargaan atau perhatian yang sifatnya peorangan.
2. Gunakan
segala sesuatu apa saja yang disenangi anak sebagai suatu hadiah.
3. Beri
hadiah untuk suatu perbuatan yang konkret dan dapat diamati untuk diberikan
hadiah.
4. Beri
hadiah sesudah terjadinya suatu perbuatan yang dikehendaki-baik melalui
perlombaan atau karena memperoleh rangking pertama di kelas.
5. Tidak
menuntut terlalu banyak dengan hadiah yang terlalu kecil.
d. Beri
Hukuman
Bila
sebuah hadiah bisa menjadi penyebab motivasi, maka demikian juga dengan
hukuman. Di masa lalu, para orang tua kita dari ceritanya menunjukkan bahwa
ketika mereka tidak bisa mengerjakan soal maka akan mendapatkan hukuman dipukul
telapak tangannya dengan rotan, sehingga mereka dengan sungguh-sungguh
mempelajari pelajaran. Kini jenis hukuman tersebut sudah tidak dapat
diberlakukan, bila masih digunakan, maka akan banyak komentar seperti “hari
gigni massih ada hukuman dipukul rotan?”. Meskipun demikian hukuman masih
sangat diperlukan untuk membuat motivasi belajar meningkat, hanya saja jenisnya
harus disesuaikan dengan keadaan zaman.
e. Tonjolkan
Keuntungan-Bukannya Kerugian
Ada
sebuah teori yang bernama Exchange Theory berbunyi, “Seseorang akan melakukan
sesuatu hal yang akan menguntungkan dirinya.” Teori ini secara tidak lansung
menjelaskan bahwa manusia sepanjang menguntungkan dirinya akan melakukan
sesuatu pekerjaan tertentu. Begitu pula dengan ssiswa tentunya, mereka aakan
tertarik untuk belajar manakala apa yang dipelajarinya akan berguna buat
merekaa. Oleh sebab itu, menjelaskan kegunaan materi di awal pemberian materi
pelajaran mutlak dilakukan bila ingin menarik minat belajar siswa.
f. Berikan
Kasus
Dengan
metode studi kasus, siswa dapat mengtahui kenyataan di lapangan sekaligus
dengan hasil analisis tindakan solutifnya. Ilustrasi diatas, maka pemberian
kasus dapatmemicu minat dari siswa untuk belajar.
g. Berikan
Kata Kunci
Salah
satu unsur belajar adalah modalitas. Sebagaimana pernah dikemukakan bahwa modalitas
merupakan saluran komunikasi yang membantu manusia memahami dunia di
sekitarnya, untuk memproses ransangan yang datang dari luar diri manusia.
Ketika ada penegetahuan yang masuk, maka modalitas inilah menjadi pintunya.
Singkat kata modalitas adalah perangkat bagaimana kita menyerap informasi.
Berdasarkat
hasil penelitian para ahli, siswa dalam belajar sedikitnya ada tiga jenis
modalitas, yaitu auditori, visual, dan kinestetik.
·
Auditori
Beberapa
kata kunci bagi seorang auditori: music, mendengarkan, bercerita, nada, pidato,
menyanyikan lagu, berdialog, bersenandung, bersuara, berbicara sendiri, membaca
bersuara, sesuai prosedur, bicara lambat irama, berbunyi mendongeng dan
berdebat.
Berpikir
melalui bunyi dan kata. Menerima informasi melalui indra pendengaran merupakan
kemampuan untuk mengingat apa yang didengar.
Secara
keseharian, orang auditori bila berbicara berirama dengan jenis nada sedang.
Menggunakan bantuan tangan di depan dada untuk memperjelas suatu informasi yang
sedang disampaikannya seraya pandangan mata mengarah ke kiri atau ke kanan
seolah mencari letak kedua belah telinga. Pakaian rapi menjadi cirri
berikutnya. Kata-kata favoritnya, “Coba dengarkan pendapat saya”, “Dengarkan!”,
“Menurut pandangan saya”, “Kedengarannya bagus!”.
·
Visual
Beberapa
kata kunci bagi orang visual:warna, corat-coret, teratur, hubungan ruang,
belajar lewat gambar, bicara cepat, buku harian, menonton, membuat peta,
melukis dan merancang.
Berpikir
melalui penglihatannya. Menerima informasi melalui citra visual, merupakan kemampuan
untuk mengingat apa yang dilihat.
Seseorang
dapat mengenali orang visual ini segera dari performance-nya seperti bicaranya cepat dengan penggunaan nada yang
tinggi, sementara ia berbicara dibantu dengan tangan diatas dan sebagai
penjelas dan pandangan mata mengarah ke atas. Ciri tampilan pakaiannya biasanya
mengenakan pakaian yang sangat rapi. Kata yang sering digunakannya adalah
“Menurut penglihatan saya…”, “Coba lihat paparan saya tadimengandung jawaban
dari pertanyaan itu”, Bayangkanlah”, “Kelihatannya pendapat itu bisa diterima
akal sehat”.
·
Kinestetik
Beberapa
kata kunci bagi orang kinestetik: bergerak, praktik, menunjuk tulisan saat
membaca, merasakan, berbicara mengalun, emosional, kenyamanan, menyentuh,
aktif, berkebun, bertindak, belajar sambil berjalan, dan memberikan isyarat.
Berpikir
melalui perasaan dan sensasinya. Menerima informasi melalui segala jenis gerak
dan emosi merupakan kemampuan untuk mengingat apa yang dirasaakan.
Tipe
orang kinestetik kalau berbicara lambat ditambah nada yang terkesan berat,
tangn digerakkan di daerah sekitar perut untuk menjelaskan sesuatu. Pakaiannya
yang penting enak dan pandangan mata mengarah ke bawah. Frase yang sering
digunakannya adalah “Menurut perasaan saya”, “Kerjakan!”.
AUDITORI
|
· Membaca
keras
· Suka
mendengarkan rekaman
· Suka
mendengarkan kisah-kisah yang mengandung nilai
· Memperbincangkan
apa yang baru dipelajari
· Buat
rap, sajak, puisi, lagu atau hafalan
· Buat
kelompok dan mendiskusikan
|
VISUAL
|
· Penuh
gambar (metafora, analog)
· Senang
dengan grafik presentasi hidup
· Bahasa
tubuh yang dramatis
· Cerita
yang hidup
· Kreasi
pictogram
· Ikon
alat bantu kerja
· Pengamatan
lapangan
· Dekorasi
warna-warni
· Peripheral
ruangan
· Pencitraan
mental
|
KINESTETIK
|
· Membuat
model dalam satu prose/prosedur
· Secara
fisik menggerakkan berbagai komponen di suatu proses atau system
· Menciptakan
pictogram besar
· Memeragakan
suatu proses, system, seperangkat konsep
· Mendapatkan
pengalaman lalu membicarakannya dan merefleksikannya
· Melengkapi
suatu proyek yang memerlukan kegiatan fisik
· Pelatihan
belajar aktif (stimulasi, permainan)
· Tinjauan
lapangan, tulis, gambar dan bicarakan tentang apa yang dipelajari
· Mewawancarai
orang di luar kelas
|
Diantara
siswa yang ada dikelas tentunya ada yang memiliki modalitas tersebut baik minor
maupun mayor. Sehingga pemberian kata kunci akan sangat membantu bagi mereka yang
berjenis modalitas auditori.
h. Motivasi
Peserta Didik
Belajar
pada dasarnya merupakan wahana siswa untuk berbuat salah. Sehiungga dari
kesalahan inilah seseorang akan mengetahui hal yang sebenarnya. Sebagaimana
ketika kita bisa merasaakan rasa manis setelah mengetahui adanya rasa pahit.
Proses
belajar tidak bisa dipukul rata menyenangkan selalu, karena ada kalanya munccul
kebosanan. Untuk menarik minatnya kembali belajar sesuatu hal yang ingin kita
berikan, maka motivasi adalah jawabannya.
3. Deposit
Belajar (Dengan Menumbuhkan Pengalaman)
a. Memberi
Pekerjaan Rumah
Hanya
da dua tujuan pemberian pekerjaan rumah ini, yaitu sebagai berikut:
1. Sebagai
remedial-diberikan kepada siswa yang kemampuannya tertinggal dari target
pencap[aian tertentu.
2. Sebagai
pengayaan-diberikan kepada siswa yang telaah melampaui target pencapaian
tertentu.
Kedua jenis pekerjaan rumah
tersebut sama pentingnya diberikan kepada siswa dengan dua kategori tersebut.
Bagi siswa yang tertinggal, pekerjaan rumah diharapkan akan memberikan
pengalaman lebih besar untuk ditemukan di rumah sehingga akan memperkecil
ketertinggalannya dari ketuntasan belajar.
Makna pekerjaaan rumah dalam hal
ini berarti suatu pekerjaan yang umum sifatnya, meliputi semua hal yang ingin
diulang atau bahkan mengeksplorasi suatu konsep yang belum dipelajari.
Hal yang perlu diperhatikan ketika
memberikan pekerjaan rumah kepada siswa yang tertinggal ini adalah memberikan
soal dalam jumlah sedikit dan ttidak membebani namun secara berkesinambungan,
agar minat belajarnya tetap terjaga. Sedangkan bagi siswa yang maju atau mereka
yang berbakat, pemberian pekerjaan rumah dimaksudkanuntuk memenuhi rasa ingin
tahu mereka dan memfasilitasi minat belajar mereeka yang tinggi.
Kelalaian untuk tidak memberikan
pekerjaan rumah kepada siswa jenis ini akan menimbulkan dampak yang tidak
diharapkan terjadi pada diri siswa, seperti munculnya kebosanan belajar akibat
tidak terpenuhi rasa keingintahuannya yang tinggi tersebut.
b. Menciptakan
Suasana Diskusi
Salah
satu kultur sekolah yang baik diantaranya adalah terciptanya suasana diskusi d
semua proses belajar-mengajar. Suasana diskusi yang tercipta pada gilirannya
akan menumbuhkembangkan suasana kekeluargaan.
Dengan
diskusi, maka banyak hal bisa diasah, mulai dari meningkatkan rasa percaya diri
berbicara di depan umum, meningkatkan kemampuan berkomunikasi, meningkatkan
kemampuan mengelola emosi, meningkatkan kemampuan daya nalar sampai kepada
meningkatkan keteraampilan mengungkapkan imaajinasi sesuatu konsep yang abstrak
menjadi konkrit, sehingga pada aakhirnya akan membawa pada pemahaman yang utuh.
Diskusi
biasanya diberikan pada mata pelajaran yang bersifat social, tetapi bukan
berarti mata pelajaran yang bersifat sains murni tidak bisa diberikan. Asal
memperhatikan beberapa hal terutama erat kaitannya dengan kegiatan perencanaan
bahan diskusi yang harus dilakukan, diantaranya yaitu sebagai berikut:
Siapkan
permasalahan yang menantang untuk didiskusikan dan hal ini dapat dikarang
sendiri atau menyaddur dari buku-buku asing-baiknya dengan menggunakan
peristiwa sehari-hari atau gejala alam tertentu.
1. Menguraikan
raikan permasalahan dengan beberapa teknik, yaitu: dengan demonstrasi dengan
pertanyaan menaantang, bercerita dengan pertanyaan, pemecahaan masalah dengan
pertanyaan atau dengan secara lansung melakukan pertanyaan.
2. Memberikan
motivasi kepada siswa agar berpendapat, berkomentar, bertanya, menjawab
pertanyaan bahkan mempertanyakan jawaban sekalipun. Hasil dari motivasi ini
dampak sampingnya akan membuat siswa semaakin percaya diri.
c. Memeberi
Tugas Mandiri
Bentuk
tugas amndiri seperti portofolio, proyek dan tugas terstruktur. Inti dari tugas
mandiri ini, peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan mandiri.
Mereka akan belajar bagaimana merencanakan pengerjaan tugas dengan melihat
berbagai factor yang mempengaruhinya.
Bagi
merekaa yang memilki modalitas kinestetik, tugas mandiri ini merupakan
favoritnya, karena dengan tugas mandiri ini seluruh aplikasi gerak yangt
menjadi cirri utamanya akan bekerja maksimal.
d. Memberi
Tugas Penelitian di Akhir Semester
Penelitian
biasanya berlaku di tingkat pendidikan tinggi. Namun bukan berarti di tingkat
pendidikan yang lebih bawah tidak bisa diberikan. Siswa bisa diberi tugas
penelitian hal-hal sederhana yang ada di sekitar mereka. Tema penelitian bisa
saja beragam, bisa tentang fenomena alam, fenomena social ataupun untuk tujuan
praktis tertentu.
Bila
menjadi guru mata pelajaran biologi, geografi, sosiologi atau kimia, maka
pemberian tugass penelitian di akhir semester ini bisa dijadikan pilihaan utama
dalam memberikan pengalaman belajar kepada siswa.
e. Berdebat;
Mengasah Daya Nalar
Debat
merupakan suatu bentuk pertentangandaalam ssuatu diskusi aatau dialog, di mana
antar pribadi atau antar kelompok saling beradu argumentasi untuk mencapai
kemenangan pada salah satu pihaknya.
Secara
otomatis pengungkapan argumentasi tersebut, akan sedikit banyaknya mengasah
daya nalar terutama untuk menyelesaikan masalah-masalah yang rumit. Dengan
melakukan debaat, pengalaman yang diddapatkan siswa adalah mengasah ketajaman
argumentasi.
2.2 Cara Menjaga
Kesuksesan Pengajaran
1. Aplikasi
( Pelayanan Sepenuh Hati)
a. Banyak
Mendengar
Melayani
siswa yang paling mudah dilakukan adalah dengan banyak mendengar persoalan
mereka. Upaya ini selaain mendekatkan diri dengan siswa, juga sebgai guru akan
mendapatkan informasi yang diperlukan untuk kepentingan pengajaaran.
Mendengarkan mereka, berarti kita selalu siap mendengar cerita curhatnya, siap menampung
keluhannya, siap menyimak aspirasinya dan sebagaainya.
Beberapa
pedoman mendengarkan yang baik menurut riset Baerker (dalam Wibowo dkk. 2002) adalah sebagai berikut:
1. Dengarkanlah
gagasannya bukan faktanya
2. Nilailah
isinyya bukan cara penyampaiannya
3. Dengarlah
dengan penuh harapan
4. Jangan
tegang, santai saja
5. Jangan
cepat-cepat menaarik kesimpulan
6. Sesuaikan
pencatatan dengan pembicaraaan
7. Pusatkan
perhatian, jagalah agar mata Anda tetap tertuju kepada pembicara
8. Jangan
mendahului pikiran pembicara, karenaa akan kehilangan jejak
9. Bernafaslah
perlahan dan dalam
10. Dengarkanlah
dengan ssungguh-sungguh dan bergairah
11. Kendalikan
emosi waktu mendengarkan
12. Buka
pikiran dan berlatihlah untuk menerima informasi baru
b. Membangun
Kepercayaan
Mempertahankan
sebuah pencapaian sesuatu salah satunya bisa ditempuh dengan cara membangun
kepercayaan. Bila menjaga keprcayaan, kita hanya haarus melaksanakan sesuatu
hal dari si pemberi kepercayaan sampai selesai, maka membangun kepercayaan
berarti kita haru senantiasa meningkatkan terus citra dan kualitas layanan pada
semua dimensinya.
Dunia
pendidikan sangat dekaat dengan high
contac, sehingga nilai kepercayaan sangaat diperlukan. Begitu seseorang
kehilangaan kepercayaan dari anggotanya-dalam hal ini bila guru tentu
anggotanyya merupakan siswa-siswanya- akan menjadi indikasi dari menurunya
citra sebuah system layanan.
2. Solusi
(Perbaikan Setiap Hari)
a. Perubahan
1% Setiap Hari
Perubahan
merupakan sebuah keniscayaan dalam kehidupan. Barang siapa yang tidak mau
berubah, maka dia akan ditinggalkan oleh zaman yang senantiasa berubah ini.
Berubah
secara tiba-tiba bisa saja dilakukan, begitu jjuga melakukan perubahan secara
besar-besaran, meski peluang berhasilnya kecil. Namun lebih logis untuk
melakukan perubahan secara bertahap dan memulai dari hal-hal yang kecil. Selain
realistis juga hal itu berpeluang besar, sehingga perubahan yang
direncanakanpun akan lebih mudah dicapai.
b. Senyum
Hangat Setiap Kali
Kebugaran
tubuh juga perlu diperhatikan untuk kualitas kehidupan kita yang lebih baik.
Cara sederhana dan murah menjaga kebugaran tubuh adalaah dengan sering
melakukan senyum.
Di
sini yang dimaksud tersenyum bukan sembarangan senyum, melainkan senyuman yang
ikhlas, senyuman yang berasal dari hati yang paling terdalam, senyuman yang
simetris dan senyuman yang penuh kehangatan.
Menurut
penelitian para ahli, dengan tersenyum akan menimbulkan munculnya semacam hormon endofin pada diri orang yang
melakukannya. Hormone ini bertugas mengatur emosi, menciptakan ritme
kebahaagiaan bagi pelakunya. Sebuah hadits mengatakan bahwa senyum kepada
saudara itu merupakan sedekah, dalam aplikasinya. Senyum bukan saja membuat
senang orang lain, melainkan juga menjaga kebuigaran tubuh sendiri dan itu
jelas-jelas berupa sedekah.
Jadi
melakukan perbaikan settiap hari juga perlu ditujukan pada diri sendiri. Oleh
sebab itu, lakukanlah senyum yang hangat setiaap kali bertemu dengan siapapun,
kapanpun dan di manapun.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Cara
Meraih Kesuksesan Pengajaran
a. Amunisi
Belajar (Mendayagunakan Aset Belajar)
- Tujuan
- Tingkat
Inspirasi
- Pengetahuan
Akan Keberhasilan
- Pengetahuan
Akan Kegagalan
- Pemahaman
- Kapasitas
- Pengalaman
- Kebutuhan
- Minat
- Motivasi
b. Mediasi
Belajar (Dengan Meransang Minat)
- Mengumumkan
Waktu Ulangan
- Mengumumkan
Hasil Ulangan
- Beri
Hadiah
- Beri
Hukuman
- Tonjolkan
Keuntungan-Bukannya Kerugian
- Berikan
Kasus
- Berikan
Kata Kunci
- Motivasi
Peserta Didik
c. Deposit
Belajar (Dengan Menumbuhkan Pengalaman)
- Memberi
Pekerjaan Rumah
- Menciptakan
Suasana Diskusi
- Memeberi
Tugas Mandiri
- Memberi
Tugas Penelitian di Akhir Semester
- Berdebat;
Mengasah Daya Nalar
2. Cara
Menjaga Kesuksesan Pengajaran
a. Aplikasi
( Pelayanan Sepenuh Hati)
- Banyak
Mendengar
- Membangun
Kepercayaan
b. Solusi
(Perbaikan Setiap Hari)
- Perubahan
1% Setiap Hari
- Senyum
Hangat Setiap Kali
3.2 Saran
Dengan penulisan
paper ini diharapkan masyarakat agar dapat mengetahui tentang cara meraih dan
menjaga kesuksesan pengajaran.
Untuk para pendidik mungkin apa
yang dibahas dalam paper ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan referensi
dalam praktek mengajar di sekolah. Selain itu dengan mengetahui cara meraih dan
menjaga sukses pengajaran, diharapkan para pendidik bisa lebih meningkatkan
efisiensi dan keefektifan dalam proses belajar mengajar mengingat dalam paper
ini sudah dibahas mengenai kiat-kiat menangani hal tersebut, agar tujuan
pendidikan yang memang dicanangkan dapat diperoleh sesuai harapan yang ada.
DAFTAR
PUSTAKA
Tea, Taufik.
2009. Inspiring Teaching. Jakarta:
Gema Insani
0 komentar:
Posting Komentar