Blogger Widgets Paper "Meraih dan Menjaga Kesuksesan Pengajaran" ~ Ikrimatul Husna

Rabu, 20 November 2013

Paper "Meraih dan Menjaga Kesuksesan Pengajaran"



MERAIH DAN MENJAGA KESUKSESAN PENGAJARAN
Tugas Akhir Kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan
Senin Pukul. 05:15 R.2








Oleh:
Ikrimatul Husna (110210301004)
FKIP EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
Semester Gasal 2011-2012


KATA PENGANTAR
            Alhamdulillah, selalu penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun sehingga paper yang dikerjakan yang berjudul “Meraih dan Menjaga Kesuksesan Pengajaran” dapat terselsaikan dengan baik.
            Paper ini disusun guna memenuhi tugas akhir mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan yang digunakan sebagai prasarat kelulusan mata kuliah tersebut.
            Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara lansung maupun tidak dalam penyelesaian paper ini. Diantaranya:
1.      Bpk. Misno A. Lathif yang telah membimbing
2.      Dan seluruh pihak yang turut membantu dalam penyusunan dan penyelesaian paper ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis sadar, paper ini sangat jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis berlapang dada untuk menerima kritik dan saran yang dapat membangun demi sempurnanya paper ini.



Jember, Desember  2011



Penulis
                       




DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR                       …………………………………..      i
DAFTAR ISI                                      …………………………………..      ii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang                ……………………………………    1
1.2  Rumusan Masalah           ……………………………………    2
1.3  Tujuan Penulisan             ……………………………………    2
1.4  Manfaat Penulisan           ……………………………………    2
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1  Cara Meraih Kesuksesan Pengajaran       …………………….   3
1. Amunisi Belajar (Dengan Mendayagunakan Aset Belajar)     3
2. Mediasi Belaajar (Dengan Meransang Minat) …….   9
3. Deposit Belajar (Dengan Menumbuhkan Pengalaman)           14
2.2  Cara Menjaga Kesuksesan Pengajaran    ……………………    17
1.   Aplikasi (Pelayanan Setulus Hati)      ……………………    17
2.   Solusi (Perbaikan Setiap Hari)            ……………………    19
BAB 3. PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan                      ……………………………………    21
3.2 Saran                                ……………………………………    22
DAFTAR PUSTAKA                                    …………………………………        iii


BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Ketika kita memasuki dunia modern ini, dengan kecepatan kemajuan tekhnologi yang sedemikian pesat, telah memaksa kita meredifinisikan ulang tentang beberapa kompetensi dalam hubungannya dengan penguasaan tekhnologi pengajaran di tengah deraan minimnya sarana dan prasarana kita.
Meskipun demikian tentulah semua keterbatasan tersebut yang sifatnya fisik jangan kemudian mengecilkan cita-cita mulia membangun peradaban melalui proses pembelajaran. Kita masih memiliki sarana dan prasarana nonfisik yang terletak pada upaya menghubungkan sumber kekuatan dunia dulu dan dunia sekarang serta dengan menyatukan potensi luar dan potensi dalam manusia.
Artinya, di satu sisi kita harus menemukan sesutau dari masa lalu yang membangkitkan minat dengan kesederhanaaan dan menemukan sesuatu dari masa sekaarang berupa kemampuan untuk tampil dalam kemasan hyang menarik. Di sisi lain, kita juga dituntut untuk mendayagunakan semua asset belaja yang tersedia dan tersimpan jauh di setiap peserta belajar serta mengambil manfaaat dari berbagai keragaman pengalaman.
Inspiring teacher adalah mereka yang senantiasa selalu kreatif untuk mencaari instrumen pembelajaran yang berfungsi sebagai pengungkit kessuksesan pengajarnya. Untuk memperoleh daya ungkit kesuksesan pengajaran, diperlukan tiga daya, yaitu mendayagunakan asset, meransang minat dan menumbuhkan pengalaman.  Hasil dari semua upayanya itu akan digunakan untuk memecahkan persoalan yang berlaku sehari-hari di dunia pembelajaran.
Sebuah pepatah ada yang mengatakan “lebih sulit mempertahankan daripada meraih satu hal”. Hal ini berkaitan dengan upaya melanggengkan suatu keadaan agar tetaap berjalan. Mungkin diawal setelah peserta didik memberikan kepercayaanya kepada guru dalam mendidik mereka terciptalah suasana pembelajaran yang dinamis dan kondusif. Pembelajaran menjadi suatu wahana yang sangat menyenangkan untuk memeproleh ilmu bagi peeserta didik dan mentransfer ilmu bagi guru.
Sebagai sebuat komunitas dengan segala bentuk dinamisasi di dalamnya, maka dunia pembelajaran juga akan mengalami interaksi dengan semua unsurnya, menjadikan proses “penyusutan” terjadi secara alaminya. Maka sebagaimana berlaku untuk umum, demikian juga berlaku dalam hal pengajaran, akan lebih sulit untuk menjaga tingkat keberhasilan daripada meraih kesuksesannya.
Meskipun demikian selalu ada solusi, maka dalam hal ini upaya menjaga medan sukses pengajaran bisa dilakukan dengan melakukan pelayanan setulus hati dan perbaikan sepanjang hari. Meminjam istilah Stephen Covey disebut sebagai “upaya mengasah gergaji”. Istilah ini muncul karena kekuaatan sebuah kinerja gergaji tidak akan mengalami penyusutan manakala dilakukan upaya perbaikan secara terus menerus. Caranya yaitu dengan di asah agar diperoleh tingkat ketajaman yang relative sama di antara gigi-gigi gergajinya. Demikian pula berlaku pada proses pengajaran sehari-hari, di mana diperlukan upaya secara terus menerus untuk menjaga medan sukses pengajaran.
Latar belakang kasus itulah yang menyebabkan penulis menulis dan menyusun paper dengan judul “Meraih dan Menjaga Kesuksesan Pengajaran”.
1.2  Rumusan Masalah
1.2.1  Bagaimana cara untuk meraih kesuksesan pengajaran?
1.2.2  Bagaimana cara untuk menjaga kesuksesan pengajaran?
1.3  Tujuan Penelitian
1.3.1  Agar mengetahui cara untuk meraih kesuksesan pengajaran.
1.3.2  Agar mengetahui cara untuk menjaga kesuksesan pengajaran.
1.4  Manfaat Penelitian
1.4.1  Dapat mengetahui cara untuk meraih kesuksesan pengajaran.
1.4.2  Dapat mengetahui cara untuk menjaga kesuksesan pengajaran.

BAB 2. PEMBAHASAN
2.1  Cara Meraih Kesuksesan Pengajaran
1.   Amunisi Belajar (Mendayagunakan Aset Belajar)
a.    Tujuan
Pendidikan adalah suatu proses yang sadar akan tujuan. Maksudnya tidak lain bahwa kegiatan belajar mengajar itu suatu peristiwa yang terikat, terarah pada tujuan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Tujuan dapat diartikan sebagai suatu penentu tindakan seseorang atau aktivitas yang dilibatkan untuk mencapai tujuan tersebut (Padmowihardjo:1994)
Adanya tujuan yang jelas mengenai hasil pengetahuan yang ingin dicapai sangatlah penting bagi pengajar maupun peserta didik, terutama untuk mengawasi kemajuan-kemajuan yang telah dicapai. Pengetahuan akan adanya kemajuan, cenderung dapat dijadikan sebagai pemuas sehingga akan tumbuh motivasi kuat untuk mencapai tujuan sekalipun peserta didik gagal mencapainya.
Dalam suatu proses belajar, peserta didik harus diberi pandangan yang dapat menyadarkannya akan adanya tujuan yang harus mereka milikiselama belajar. Tentunya upaya itu dilakukan setelah pengajar mempunyai tujuan yang jelas, karena mengajar adalah suatu aktivitas yang mengarah pada tercapainya suatu bentuk hasil belajar.
Satu acuan dalam merumuskan tujuan dikenal dengan nama SMART, yaitu specific (jelas), measurable (bisa diukur), achieveable (bisa dicapai), reasonable (masuk akal), serta time bound (sesuai waktu).
b.   Tingkat Inspirasi
Tingkat Inspirasi adalah suatu tingkat perwujudan ataupun pencapaian sesuatu di masa yang akan datang, yang menentukan dan mempolakan usaha-usaha ataupun tindakan-tindakan pribadi seseorang untuk mencapai hal tersebut (Padmowihardjo:1994). Dengan demikian, tingkat aspirasi itu menjaddi semacam tujuan bagi seseorang.
Aspirasi seseorang berhubungan dengan kemajuan yang dicapainya. Artinya, semakin tinggi tingkat ccita-cita seseorang, akan semakin giat dalam belajar maup[un bekerja. Aspirasi akkan meningkat ketika seseorangg mencapai keberhasilan dan menurun bila menemui kegagalan. Maka kewajiban pengajar dalam hal ini adalah membantu peserta didik untuk memiliki aspirasi yang diinginkannya.
c.    Pengetahuan Akan Keberhasilan
Pengetahuan akan keberhasilan mempunyai kaitan dengan tujuan yang dimiliki seseorang (Padmowihardjo:1994). Dalam hal ini dapat diberikan gambaran bahwa tidak aka nada keberhasilan untuk dipuaskan. Pada kenyataannya, kita menyaksikan keberhasilan seseorang yang bertujuan menimbulkan adanya penghargaan atas hasil yang dicapai. Bagi seorang pengajar, tentunya dapat dimengerti bahwa mereka perlu mengetahui akan ciri-ciri akibat belajar yang baik.
d.   Pengetahuan Akan Kegagalan
Kegagalan yang ditemui dapat menimbulkan kekecewaan, sehingga dengan demikian, pengetahuan mengenai suatu akibat diperlukan untuk menumbuhkan kesadaran akan kegagalan.
Hal ini dapat dijelaskan jika seseorang mengetahui akan adanya kegagalan, maka dapat menimbulkan over kompensasi yang mengarahkannya untuk berupaya mencari suatu keberhasilan. Peristiwa ini dapat saja terjadi berulang kali. Namun bila seseoraang mengalami kegagalan tanpa bisa menyesuaikannya dengan kemampuannya melakukan over kompensasi, akibatnya adalah stress atau frustasi.
Motivasi dalam hal ini dapat menjadi suatu obat mujarab yang dapat diberikan oleh seorang pengajar untuk menjadikan peserta didiknya memilki keinginan untuk berprestasi.
e.    Pemahaman
Pemahaman erat kaitannya ddengan berfikir. Pemahaman yang dimiliki oleh seorang peserta didik berasal dari pemikirannya. Menurut Bloom, untuk memaahami sesuatu, orang harus melakukan lima tahaapan, meliputi: receiving (menerima), responding (membanding-bandingkan), valuing (menilai), organizing (jika lebih positif akan diatur), sehingga menjadi characterization (terjadi penataan nilai).
Pengalaman tumbuh karena adanya proses berfikir yang sistematis dan jelas. Dalam penjelasan ini, kita akan menemui kesulitan bila memahami sesutau yang rumit, sedangkan sesuatu hal yang mudah akan gampang dipahami. Seyogianya pengajar tidak mempersulit yang mudah, melainkan sebaliknya harus mempermudah yang sulit. Hal-hal lain yang mempengaruhi terjadinya pemahaman adalah sistematisasi sajian materi, karena materi akan masuk ke otak jika masuknya teratur. Selain itu, juga tentunya kejelasan dari materi yang disajikan.
Implikasinya adalah pengajar harus mampu menyajikan materi semudah-mudahnya, sejelas-jelasnya dan dengan sistematika  yang baik serta dapat memberikan contoh dari sesutau hal yang mempunyai kaitan dengan maateeri yang sedang diberikan.
f.    Kapasitas
Kapasitas belajar adalah banyaknya sesuatu yang dipelajari dan dipahami oleh seseorang. Dalam hal ini, ada perbedaan antara kemampuan belajar dengan kapasitas belajar. Kemampuan belajar berkaitan dengan usia, pancaindra dan organ tubuh, sedangkan kapasitas belajar berkaitan dengan IQ dan bakat. Factor keturunan jelas berpengaruh terhadap kapasitas untuk belajar. Setiap orang berbeda kapasitas belajarnya.
Bagi seorang pengajaar, pengalaman akan membentuk irama mengajarnya seiring dengan keadaan peserta didik yang dihadapinya. Untuk dapat mengetahui kapasitas belajar peserta didik, pengajar dapat melakukan pertanyaan control.
Dari kenyataan ini, sebaiknya pengajar memperhatikan kebutuhan siswa, sehingga pelajaran juga perlu harus diulang kembali. Selain itu, kecepatan belajar sebaiknya diatur dan jumlah materi disesuaikan dengan kapasitas belajar peserta didik.
g.   Pengalaman
Pengalamaan belajar adalah interaksi antara pembelajar dan lingkungannya. Di mana seorang pembelajar dapat memberikan reaksi terhadap stimulus yang diterimanya (Padmowihardjo: 1994).
Dalam proses belajar, kita mengenal adanya stimulus dan respons, jika stimulus ditangkap oleh indra dan syarat, berdasarkan stimulus tadi, maka indra, syarat, dan otak akan memberikan reaksi dalam bentuk respons. Di sini, respons akan menimbulkan pengalaman belajar.
Pengalaman yang dimaksud berupa pengalaman nyata sesuai dengan reaksi yang diberikan baik reaksi positif dan negative. Sebagai contoh dapat diberikan ilustrasi bahwa tugas sebagai suatu stimulus akan mengakibatkan respons mengerjakannya. Stimulus dapat berasal dari buku dan lingkungan. Kita yang membacanya, memberikan reaksi terhadap teori yang distimulasikan dari buku tersebut. Proses interaksi ini menimbulkan pengalaman belajar.
Dengan kata lain, dalam proses belajar, seseorang harus dapat memberikan reaksi terhadap hal-hal yang sedang dipelajaari. Semakin banyak pengalaman belajar terjadi, maka proses belajar tersebut akan semakin baik.
Pengalaman belajar berbeda dengan metode mengajar. Jika metode mengajar itu seperti diskusi, demonstrasi ataau ceramah, maka pengalaman belajar merupakan aktivitasnya, berupa kegiatan berdiskusi, melihat demonstrasi maupun mendengarkan ceramah.
Bagi seorang pengajar, upaya yang dapat dilakukan adalah dapat berperan sebagai pengarah dari proses belajar, sehingga peserta didik dapat mengalami pengalaman belajar yang sebanyak-banyaknya.


h.   Kebutuhan
Kebutuhan berkaitan dengan psikologis. Secara sederhana, kebutuhan didefinisikan sebagai “Ketidakseimbangan psikologis yang mendorong orang untuk memenuhinya atau menghilangkannya”. (Padmowihardjo : 1994). Dengan demikian dapat dikatakan kebutuhan merupakan suatu dorongan jiwa.
Sebagai ilustrasi, seseorang meskipun berada di sebuah bunker ketika perang, maka akan pergi mencari makan setelah berdiam diri selaama tiga hari meskipun keadaan di luar begitu membahayakan, di mana peluru, bom dan senjata lainnya dapat mengenainya. Hal itu semata-mata karena adanya dorongan jiwa. Lain lagi bila ketidakseimbangan itu bersifat nonpsikologis, seperti orang sakit, maka tidak akan menimbulkan suaatu kebutuhan.
Kebutuhan seseorang itu ada yang disadari dan ada pula yang tidak disadari. Kebutuhan yang disadari akan mampu menimbulkan motivasi yang mendorong timbulnya motif seseorang untuk berusaha memenuhi kebutuhan itu. Tetapi kebutuhan yang tidak disadari hanya akan menimbulkan motivasi yang lemah.
Sebagai seorang pengajar, dalam usaha memotivasi sasaran didik harus selalu dapat menghubungkan belajar dengan kebutuhan mereka-bisa dengan menyajikan kegunaan, keuntungan dari materi pelajaran atau juga dengan memberi materi yang mempunyai hubungan dengan kebutuhannya.
i.     Minat
Minat beraasal dari bahasa Latin “inter-est” yang berarti menghubungkan dua hal yang terpisah. Dalam perencanaan belajar, kita senantiasa menjumpai sesuatu yang terpisah yaitu peserta didik dan kurikulum. Sedangkan dalam proses belajar itu sendiri, terdapat peserta didik dan perubahan prilaku yang diharapkan akan terjadi pada diri sasaaran didik.
Sementara itu minat secara istilah menurut Syah (1995) adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Seorang siswa berminat atau tidak terhadap suatu maateri pelajaran akan menunjukkan tanda-tanda tertentu. Beberapa tanda tersebut seperti mengajukan peranyaan, melakukan sangkalan atau bahkan sanggahan. Mengerjakan tugas lebih cepat dari target waktu yang telah ditentukan. Atau mau maju ke depan kelas sebagai demonstrator dan adakalanya juga dengan bersedia berpartisipasi baik lansung maupun tidak lansung dalam suatu mata pelajaran.
Mengetahui minat tidak hanya sebatas untuk mengetahui tindakan lansung saat proses belajar mengajar berlansung untuk memastikan apakah pelajaran kita sudah menarik minat mereka atau belum. Tetapi lebih jauh dari itu bagaimana mengetahui minat siswa terhadap bidang tertentu untuk diberikan bimbingan yang mereka perlukan.
j.     Motivasi
Perkataan motivasi berasal dari Bahasa Laatin “motif” yang berarti dorongan dan “asi” yang berarti usaha. Secara istilah motivasi merupakan “daya mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu” (Sardiman: 1992). Bisa juga diatikan motivasi sebagai keadaan internal organisme yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu (Syah: 1995).
Setiap pembentukan motif akan bertalian erat dengan tujuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, motivasi belajar adalah suatu proses pembentukan dorongan belajar agar timbul gairah untuk belajar.
Motif yang aktif sangat bervariasi, macam-macam motivasi bisa dilihat dari berbagai sudut pandang. Namun penulis dalam hal ini mendasarkan pada dasar ransangan, terdiri dari dua jenis motivasi: a) motivasi intrinsic, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang misalnya ego involvement (perasaan penonjolan diri), juga adanya kebutuhan yang disadari, dan b) motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari luar seperti hadiah, pujian, hukuman, teguraan, nilai, dan lain-lain.
Dalam rangka menumbuhkan motivasi peserta ddidik, tentunya motivasi yang diberikan adalah motivasi ekstrinsik dengan cara memberikan hadiah atau hukuman bisa juga dengan memberi angka evaluasi unttuk hasil belajar disertai komentar. Walaupun harus disadari bahwa dorongan ini mempunyai pengaruh yang lebih lemaah dibandingkan dengan dorongan dari dalam siswa itu sendiri.

2.   Mediasi Belajar (Dengan Meransang Minat)
a.    Mengumumkan Waktu Ulangan
Bila guru memberikan informasi tentang waktu ulangan, maka secara otomatis ada sebab bagi terfokusnya perhatian siswa untuk mempelajari sesuatu bahan yang akan diujikan. Dalam hal ini, perilaku siswa untuk mempertinggi usaha belajarnya didorong alas an ketakutan akan gagalnya meraih nilai yang bagus.
Selain itu, respons atas pengumuman tentang waktu ulangan dapat menjadi petunjuk kesiapan peserta didik dalam menghadapinya. Bila respon dari mereka berupa ujaran,  “Ya Ibu/Bapak, kita kan belum siap.” Maka itu menandakan proses pengulangan pelajaran di luar jam pelajaran masih sangat kecil. Sebaliknya, bila respons dari peserta didik menunjukkan ‘diam’, maka berarti proses pengulangan pelajaran di luar jam pelajaran di sekolah sudah cukup baik.
b.   Mengumumkan Hasil Ulangan
Ulangan yang telah ditempuh siswa hanya akan menghasilkan dua kategori nilai, yaitu nilai bagus-yang membuat puas siswa dan nilai jelek-yang membuat ketidakpuasan siswa. Bila hasil yang dicapai berupa nilai yang bagus, berarti ada kepuasan di sana, akan mengakibatkan siswa semakin berminat mempelajari pengetahuan tersebut, sedangkan bilamana hasil yang dicapainya tidak sesuai dengan harapannya berupa nilai jelek, maka akan membuat siswa mempertinggi usaha mereka dalam meraih target-targetnya.
c.    Beri Hadiah
Hadiah merupakan pemberian sesuatu hal akibat seseorang melakukan suatu tingkah laku yang dikehendaki oleh si pemberi haddiah. Pemberian hadiah untuk tingkah laku yang dikehendaki terbagi kedalam dua jenis, yaitu sebagai berikut:
1.   Beri hadiah yang normal untuk kejadian yang biasa atau kejadian yang standart.
2.   Beri hadiah ekstra untuk sesuatu yang sukar dilaksanakan.
Tentunya hadiah yang disiapkan si pemberi hadiah-dalam hal ini guru-akan menimbulkan harapan kepada siswa untuk memperolehnya. Bila pemberian hadiah dikaitkan dengan penguasaan sesuatu materi pelajaran, maka hal ini tentunya akan semakin mempertinggi minat mereka dalam mempelajari suatu materi tertentu yang termasuk dalam mata pelajaran yang dipelajarinya.
Namun, pemberian hadiah ini bisa menghasilkan suatu kontraproduktif dengan tujuan semula bila salah memberikannya. Oleh sebab itu, untuk menghindarinya ada beberapa syarat pemberian hadiah, yaitu sebagai berikut:
1.   Pemberian hadiah bersifat konkret haruslah selalu dikaitkan dengan dorongan yang bersifat social, seperti: pujian, penghargaan atau perhatian yang sifatnya peorangan.
2.   Gunakan segala sesuatu apa saja yang disenangi anak sebagai suatu hadiah.
3.   Beri hadiah untuk suatu perbuatan yang konkret dan dapat diamati untuk diberikan hadiah.
4.   Beri hadiah sesudah terjadinya suatu perbuatan yang dikehendaki-baik melalui perlombaan atau karena memperoleh rangking pertama di kelas.
5.   Tidak menuntut terlalu banyak dengan hadiah yang terlalu kecil.
d.   Beri Hukuman
Bila sebuah hadiah bisa menjadi penyebab motivasi, maka demikian juga dengan hukuman. Di masa lalu, para orang tua kita dari ceritanya menunjukkan bahwa ketika mereka tidak bisa mengerjakan soal maka akan mendapatkan hukuman dipukul telapak tangannya dengan rotan, sehingga mereka dengan sungguh-sungguh mempelajari pelajaran. Kini jenis hukuman tersebut sudah tidak dapat diberlakukan, bila masih digunakan, maka akan banyak komentar seperti “hari gigni massih ada hukuman dipukul rotan?”. Meskipun demikian hukuman masih sangat diperlukan untuk membuat motivasi belajar meningkat, hanya saja jenisnya harus disesuaikan dengan keadaan zaman.
e.    Tonjolkan Keuntungan-Bukannya Kerugian
Ada sebuah teori yang bernama Exchange Theory berbunyi, “Seseorang akan melakukan sesuatu hal yang akan menguntungkan dirinya.” Teori ini secara tidak lansung menjelaskan bahwa manusia sepanjang menguntungkan dirinya akan melakukan sesuatu pekerjaan tertentu. Begitu pula dengan ssiswa tentunya, mereka aakan tertarik untuk belajar manakala apa yang dipelajarinya akan berguna buat merekaa. Oleh sebab itu, menjelaskan kegunaan materi di awal pemberian materi pelajaran mutlak dilakukan bila ingin menarik minat belajar siswa.
f.    Berikan Kasus
Dengan metode studi kasus, siswa dapat mengtahui kenyataan di lapangan sekaligus dengan hasil analisis tindakan solutifnya. Ilustrasi diatas, maka pemberian kasus dapatmemicu minat dari siswa untuk belajar.


g.   Berikan Kata Kunci
Salah satu unsur belajar adalah modalitas. Sebagaimana pernah dikemukakan bahwa modalitas merupakan saluran komunikasi yang membantu manusia memahami dunia di sekitarnya, untuk memproses ransangan yang datang dari luar diri manusia. Ketika ada penegetahuan yang masuk, maka modalitas inilah menjadi pintunya. Singkat kata modalitas adalah perangkat bagaimana kita menyerap informasi.
Berdasarkat hasil penelitian para ahli, siswa dalam belajar sedikitnya ada tiga jenis modalitas, yaitu auditori, visual, dan kinestetik.
·      Auditori
Beberapa kata kunci bagi seorang auditori: music, mendengarkan, bercerita, nada, pidato, menyanyikan lagu, berdialog, bersenandung, bersuara, berbicara sendiri, membaca bersuara, sesuai prosedur, bicara lambat irama, berbunyi mendongeng dan berdebat.
Berpikir melalui bunyi dan kata. Menerima informasi melalui indra pendengaran merupakan kemampuan untuk mengingat apa yang didengar.
Secara keseharian, orang auditori bila berbicara berirama dengan jenis nada sedang. Menggunakan bantuan tangan di depan dada untuk memperjelas suatu informasi yang sedang disampaikannya seraya pandangan mata mengarah ke kiri atau ke kanan seolah mencari letak kedua belah telinga. Pakaian rapi menjadi cirri berikutnya. Kata-kata favoritnya, “Coba dengarkan pendapat saya”, “Dengarkan!”, “Menurut pandangan saya”, “Kedengarannya bagus!”.
·      Visual
Beberapa kata kunci bagi orang visual:warna, corat-coret, teratur, hubungan ruang, belajar lewat gambar, bicara cepat, buku harian, menonton, membuat peta, melukis dan merancang.
Berpikir melalui penglihatannya. Menerima informasi melalui citra visual, merupakan kemampuan untuk mengingat apa yang dilihat.
Seseorang dapat mengenali orang visual ini segera dari performance-nya seperti bicaranya cepat dengan penggunaan nada yang tinggi, sementara ia berbicara dibantu dengan tangan diatas dan sebagai penjelas dan pandangan mata mengarah ke atas. Ciri tampilan pakaiannya biasanya mengenakan pakaian yang sangat rapi. Kata yang sering digunakannya adalah “Menurut penglihatan saya…”, “Coba lihat paparan saya tadimengandung jawaban dari pertanyaan itu”, Bayangkanlah”, “Kelihatannya pendapat itu bisa diterima akal sehat”.
·      Kinestetik
Beberapa kata kunci bagi orang kinestetik: bergerak, praktik, menunjuk tulisan saat membaca, merasakan, berbicara mengalun, emosional, kenyamanan, menyentuh, aktif, berkebun, bertindak, belajar sambil berjalan, dan memberikan isyarat.
Berpikir melalui perasaan dan sensasinya. Menerima informasi melalui segala jenis gerak dan emosi merupakan kemampuan untuk mengingat apa yang dirasaakan.
Tipe orang kinestetik kalau berbicara lambat ditambah nada yang terkesan berat, tangn digerakkan di daerah sekitar perut untuk menjelaskan sesuatu. Pakaiannya yang penting enak dan pandangan mata mengarah ke bawah. Frase yang sering digunakannya adalah “Menurut perasaan saya”, “Kerjakan!”.



AUDITORI
·      Membaca keras
·      Suka mendengarkan rekaman
·      Suka mendengarkan kisah-kisah yang mengandung nilai
·      Memperbincangkan apa yang baru dipelajari
·      Buat rap, sajak, puisi, lagu atau hafalan
·      Buat kelompok dan mendiskusikan




                 

VISUAL
·      Penuh gambar (metafora, analog)
·      Senang dengan grafik presentasi hidup
·      Bahasa tubuh yang dramatis
·      Cerita yang hidup
·      Kreasi pictogram
·      Ikon alat bantu kerja
·      Pengamatan lapangan
·      Dekorasi warna-warni
·      Peripheral ruangan
·      Pencitraan mental


KINESTETIK
·      Membuat model dalam satu prose/prosedur
·      Secara fisik menggerakkan berbagai komponen di suatu proses atau system
·      Menciptakan pictogram besar
·      Memeragakan suatu proses, system, seperangkat konsep
·      Mendapatkan pengalaman lalu membicarakannya dan merefleksikannya
·      Melengkapi suatu proyek yang memerlukan kegiatan fisik
·      Pelatihan belajar aktif (stimulasi, permainan)
·      Tinjauan lapangan, tulis, gambar dan bicarakan tentang apa yang dipelajari
·      Mewawancarai orang di luar kelas






Diantara siswa yang ada dikelas tentunya ada yang memiliki modalitas tersebut baik minor maupun mayor. Sehingga pemberian kata kunci akan sangat membantu bagi mereka yang berjenis modalitas auditori.
h.   Motivasi Peserta Didik
Belajar pada dasarnya merupakan wahana siswa untuk berbuat salah. Sehiungga dari kesalahan inilah seseorang akan mengetahui hal yang sebenarnya. Sebagaimana ketika kita bisa merasaakan rasa manis setelah mengetahui adanya rasa pahit.
Proses belajar tidak bisa dipukul rata menyenangkan selalu, karena ada kalanya munccul kebosanan. Untuk menarik minatnya kembali belajar sesuatu hal yang ingin kita berikan, maka motivasi adalah jawabannya.

3.   Deposit Belajar (Dengan Menumbuhkan Pengalaman)
a.    Memberi Pekerjaan Rumah
Hanya da dua tujuan pemberian pekerjaan rumah ini, yaitu sebagai berikut:
1.   Sebagai remedial-diberikan kepada siswa yang kemampuannya tertinggal dari target pencap[aian tertentu.
2.   Sebagai pengayaan-diberikan kepada siswa yang telaah melampaui target pencapaian tertentu.
Kedua jenis pekerjaan rumah tersebut sama pentingnya diberikan kepada siswa dengan dua kategori tersebut. Bagi siswa yang tertinggal, pekerjaan rumah diharapkan akan memberikan pengalaman lebih besar untuk ditemukan di rumah sehingga akan memperkecil ketertinggalannya dari ketuntasan belajar.
Makna pekerjaaan rumah dalam hal ini berarti suatu pekerjaan yang umum sifatnya, meliputi semua hal yang ingin diulang atau bahkan mengeksplorasi suatu konsep yang belum dipelajari.
Hal yang perlu diperhatikan ketika memberikan pekerjaan rumah kepada siswa yang tertinggal ini adalah memberikan soal dalam jumlah sedikit dan ttidak membebani namun secara berkesinambungan, agar minat belajarnya tetap terjaga. Sedangkan bagi siswa yang maju atau mereka yang berbakat, pemberian pekerjaan rumah dimaksudkanuntuk memenuhi rasa ingin tahu mereka dan memfasilitasi minat belajar mereeka yang tinggi.
Kelalaian untuk tidak memberikan pekerjaan rumah kepada siswa jenis ini akan menimbulkan dampak yang tidak diharapkan terjadi pada diri siswa, seperti munculnya kebosanan belajar akibat tidak terpenuhi rasa keingintahuannya yang tinggi tersebut.
b.   Menciptakan Suasana Diskusi
Salah satu kultur sekolah yang baik diantaranya adalah terciptanya suasana diskusi d semua proses belajar-mengajar. Suasana diskusi yang tercipta pada gilirannya akan menumbuhkembangkan suasana kekeluargaan.
Dengan diskusi, maka banyak hal bisa diasah, mulai dari meningkatkan rasa percaya diri berbicara di depan umum, meningkatkan kemampuan berkomunikasi, meningkatkan kemampuan mengelola emosi, meningkatkan kemampuan daya nalar sampai kepada meningkatkan keteraampilan mengungkapkan imaajinasi sesuatu konsep yang abstrak menjadi konkrit, sehingga pada aakhirnya akan membawa pada pemahaman yang utuh.
Diskusi biasanya diberikan pada mata pelajaran yang bersifat social, tetapi bukan berarti mata pelajaran yang bersifat sains murni tidak bisa diberikan. Asal memperhatikan beberapa hal terutama erat kaitannya dengan kegiatan perencanaan bahan diskusi yang harus dilakukan, diantaranya yaitu sebagai berikut:
Siapkan permasalahan yang menantang untuk didiskusikan dan hal ini dapat dikarang sendiri atau menyaddur dari buku-buku asing-baiknya dengan menggunakan peristiwa sehari-hari atau gejala alam tertentu.
1.   Menguraikan raikan permasalahan dengan beberapa teknik, yaitu: dengan demonstrasi dengan pertanyaan menaantang, bercerita dengan pertanyaan, pemecahaan masalah dengan pertanyaan atau dengan secara lansung melakukan pertanyaan.
2.   Memberikan motivasi kepada siswa agar berpendapat, berkomentar, bertanya, menjawab pertanyaan bahkan mempertanyakan jawaban sekalipun. Hasil dari motivasi ini dampak sampingnya akan membuat siswa semaakin percaya diri.
c.    Memeberi Tugas Mandiri
Bentuk tugas amndiri seperti portofolio, proyek dan tugas terstruktur. Inti dari tugas mandiri ini, peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan mandiri. Mereka akan belajar bagaimana merencanakan pengerjaan tugas dengan melihat berbagai factor yang mempengaruhinya.
Bagi merekaa yang memilki modalitas kinestetik, tugas mandiri ini merupakan favoritnya, karena dengan tugas mandiri ini seluruh aplikasi gerak yangt menjadi cirri utamanya akan bekerja maksimal.
d.   Memberi Tugas Penelitian di Akhir Semester
Penelitian biasanya berlaku di tingkat pendidikan tinggi. Namun bukan berarti di tingkat pendidikan yang lebih bawah tidak bisa diberikan. Siswa bisa diberi tugas penelitian hal-hal sederhana yang ada di sekitar mereka. Tema penelitian bisa saja beragam, bisa tentang fenomena alam, fenomena social ataupun untuk tujuan praktis tertentu.
Bila menjadi guru mata pelajaran biologi, geografi, sosiologi atau kimia, maka pemberian tugass penelitian di akhir semester ini bisa dijadikan pilihaan utama dalam memberikan pengalaman belajar kepada siswa.
e.    Berdebat; Mengasah Daya Nalar
Debat merupakan suatu bentuk pertentangandaalam ssuatu diskusi aatau dialog, di mana antar pribadi atau antar kelompok saling beradu argumentasi untuk mencapai kemenangan pada salah satu pihaknya.
Secara otomatis pengungkapan argumentasi tersebut, akan sedikit banyaknya mengasah daya nalar terutama untuk menyelesaikan masalah-masalah yang rumit. Dengan melakukan debaat, pengalaman yang diddapatkan siswa adalah mengasah ketajaman argumentasi.




2.2  Cara Menjaga Kesuksesan Pengajaran
1.   Aplikasi ( Pelayanan Sepenuh Hati)
a.    Banyak Mendengar
Melayani siswa yang paling mudah dilakukan adalah dengan banyak mendengar persoalan mereka. Upaya ini selaain mendekatkan diri dengan siswa, juga sebgai guru akan mendapatkan informasi yang diperlukan untuk kepentingan pengajaaran. Mendengarkan mereka, berarti kita selalu siap mendengar cerita curhatnya, siap menampung keluhannya, siap menyimak aspirasinya dan sebagaainya.
Beberapa pedoman mendengarkan yang baik menurut riset Baerker (dalam Wibowo dkk. 2002) adalah sebagai berikut:
1.      Dengarkanlah gagasannya bukan faktanya
2.      Nilailah isinyya bukan cara penyampaiannya
3.      Dengarlah dengan penuh harapan
4.      Jangan tegang, santai saja
5.      Jangan cepat-cepat menaarik kesimpulan
6.      Sesuaikan pencatatan dengan pembicaraaan
7.      Pusatkan perhatian, jagalah agar mata Anda tetap tertuju kepada pembicara
8.      Jangan mendahului pikiran pembicara, karenaa akan kehilangan jejak
9.      Bernafaslah perlahan dan dalam
10.  Dengarkanlah dengan ssungguh-sungguh dan bergairah
11.  Kendalikan emosi waktu mendengarkan
12.  Buka pikiran dan berlatihlah untuk menerima informasi baru
b.   Membangun Kepercayaan
Mempertahankan sebuah pencapaian sesuatu salah satunya bisa ditempuh dengan cara membangun kepercayaan. Bila menjaga keprcayaan, kita hanya haarus melaksanakan sesuatu hal dari si pemberi kepercayaan sampai selesai, maka membangun kepercayaan berarti kita haru senantiasa meningkatkan terus citra dan kualitas layanan pada semua dimensinya.
Dunia pendidikan sangat dekaat dengan high contac, sehingga nilai kepercayaan sangaat diperlukan. Begitu seseorang kehilangaan kepercayaan dari anggotanya-dalam hal ini bila guru tentu anggotanyya merupakan siswa-siswanya- akan menjadi indikasi dari menurunya citra sebuah system layanan.
2.   Solusi (Perbaikan Setiap Hari)
a.    Perubahan 1% Setiap Hari
Perubahan merupakan sebuah keniscayaan dalam kehidupan. Barang siapa yang tidak mau berubah, maka dia akan ditinggalkan oleh zaman yang senantiasa berubah ini.
Berubah secara tiba-tiba bisa saja dilakukan, begitu jjuga melakukan perubahan secara besar-besaran, meski peluang berhasilnya kecil. Namun lebih logis untuk melakukan perubahan secara bertahap dan memulai dari hal-hal yang kecil. Selain realistis juga hal itu berpeluang besar, sehingga perubahan yang direncanakanpun akan lebih mudah dicapai.
b.   Senyum Hangat Setiap Kali
Kebugaran tubuh juga perlu diperhatikan untuk kualitas kehidupan kita yang lebih baik. Cara sederhana dan murah menjaga kebugaran tubuh adalaah dengan sering melakukan senyum.
Di sini yang dimaksud tersenyum bukan sembarangan senyum, melainkan senyuman yang ikhlas, senyuman yang berasal dari hati yang paling terdalam, senyuman yang simetris dan senyuman yang penuh kehangatan.
Menurut penelitian para ahli, dengan tersenyum akan menimbulkan munculnya semacam hormon endofin pada diri orang yang melakukannya. Hormone ini bertugas mengatur emosi, menciptakan ritme kebahaagiaan bagi pelakunya. Sebuah hadits mengatakan bahwa senyum kepada saudara itu merupakan sedekah, dalam aplikasinya. Senyum bukan saja membuat senang orang lain, melainkan juga menjaga kebuigaran tubuh sendiri dan itu jelas-jelas berupa sedekah.
Jadi melakukan perbaikan settiap hari juga perlu ditujukan pada diri sendiri. Oleh sebab itu, lakukanlah senyum yang hangat setiaap kali bertemu dengan siapapun, kapanpun dan di manapun.


























BAB 3. PENUTUP

3.1     Kesimpulan
1.   Cara Meraih Kesuksesan Pengajaran
a.    Amunisi Belajar (Mendayagunakan Aset Belajar)
-       Tujuan
-       Tingkat Inspirasi
-       Pengetahuan Akan Keberhasilan
-       Pengetahuan Akan Kegagalan
-       Pemahaman
-       Kapasitas
-       Pengalaman
-       Kebutuhan
-       Minat
-       Motivasi
b.   Mediasi Belajar (Dengan Meransang Minat)
-       Mengumumkan Waktu Ulangan
-       Mengumumkan Hasil Ulangan
-       Beri Hadiah
-       Beri Hukuman
-       Tonjolkan Keuntungan-Bukannya Kerugian
-       Berikan Kasus
-       Berikan Kata Kunci
-       Motivasi Peserta Didik
c.    Deposit Belajar (Dengan Menumbuhkan Pengalaman)
-       Memberi Pekerjaan Rumah
-       Menciptakan Suasana Diskusi
-       Memeberi Tugas Mandiri
-       Memberi Tugas Penelitian di Akhir Semester
-       Berdebat; Mengasah Daya Nalar
2.   Cara Menjaga Kesuksesan Pengajaran
a.    Aplikasi ( Pelayanan Sepenuh Hati)
-       Banyak Mendengar
-       Membangun Kepercayaan
b.   Solusi (Perbaikan Setiap Hari)
-       Perubahan 1% Setiap Hari
-       Senyum Hangat Setiap Kali
3.2     Saran
Dengan penulisan paper ini diharapkan masyarakat agar dapat mengetahui tentang cara meraih dan menjaga kesuksesan pengajaran.
Untuk para pendidik mungkin apa yang dibahas dalam paper ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan referensi dalam praktek mengajar di sekolah. Selain itu dengan mengetahui cara meraih dan menjaga sukses pengajaran, diharapkan para pendidik bisa lebih meningkatkan efisiensi dan keefektifan dalam proses belajar mengajar mengingat dalam paper ini sudah dibahas mengenai kiat-kiat menangani hal tersebut, agar tujuan pendidikan yang memang dicanangkan dapat diperoleh sesuai harapan yang ada.









DAFTAR PUSTAKA

Tea, Taufik. 2009. Inspiring Teaching. Jakarta: Gema Insani

0 komentar:

Posting Komentar